Iran-Afghanistan : Air adalah Sumber Persengketaan

Musim Gugur 2021, Taliban, organisasi yang dilabeli sebagai organisasi terlarang berhasil merebut kembali pucuk tertinggi pemerintahan di Afganistan menjatuhkan kedigdayaan pemerintahan sokongan Paman Sam yang telah bercokol kurang lebih dua dekade. Kalibrasi hubungan Afghanistan sebagai negara dengan para tetangganya pun tak terelakkan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah hubungan antara Iran dan Afghanistan yang mengalami perubahan secara signifikan.

Selayang Pandang Hubungan Iran dan Afghanistan

Dalam sejarahnya, Iran pasca revolusi 1979 tidak memiliki hubungan baik dengan Taliban yang menguat reputasinya pasca selesainya konflik perang dingin di regional Asia Tengah dan Asia Selatan. Iran dalam banyak kesempatan lebih cenderung memberikan sokongan terhadap para etnis minoritas yang termasuk di dalamnya Hazara yang bermayoritaskan Syiah, Tajik, dan Uzbek. Sebaliknya, Taliban yang beretnis Pashtun dan berideologi campuran antara Wahabisme dan Deobandisme beranggapan bahwa Afghanistan tak seharusnya di bawah kepemimpinan kelompok minoritas (syiah- non Pashtun), mereka lah yang mayoritas (Sunni-Pashtun) yang seharusnya mempunyai legistimasi besar dalam pemerintahan Afghanistan.

Terkini, hubungan antara Iran dan Afghanistan menyentuh titik terendah dalam rentang beberapa tahun terakhir dengan adanya kontak senjata antara tantara perbatasan Iran dan para milisi Taliban.

Air Bukan Sumber Kehidupan

Manusia dalam konsep umumnya memposisikan air sebagai sumber kehidupan. Bagaimana tidak, dalam tinjauan biologi, tubuh manusia dewasa terdiri dari 60% air. Tinjauan mikro ini menegaskan betapa air merupakan sumber kehidupan.

Demikian dalam tataran makro, air merupakan sumber daya alam yang penting untuk kehidupan manusia. Air merupakan dinamo utama dalam hal agrikultur, yang dimana Jarred Diamond dalam bukunya “Gun, Germ, and Steel” mengatakan bahwa ketersediaan pangan (agrikultur) merupakan basis awal dari peradaban suatu masyarakat.

Sungai Helmand dengan panjang 1,150 kilometer yang membentang dari area Afghanistan Tengah hingga Iran Tenggara tidak menjadi sumber kehidupan bagi kedua negara tersebut, melainkan menjadi sumber persengketaan selama beberapa tahun.

Kronologi Persengketaan Sungai Helmand 3 Tahun Terakhir

Jauh sebelum apa yang kita sebut Iran dan Afghanistan hari ini ada; sebelum revolusi Iran 1979 dan kembalinya Taliban di pucuk pemerintahan, tepatnya pada tahun 1973, kedua negara bersepakat untuk menandatangani perjanjian pembagian air di Sungai Helmand.

Perjanjian tersebut menyatakan bahwa Afghanistan akan memberi Iran 22 meter kubik per detik air dengan opsi untuk membeli tambahan 4 meter kubik per detik sebagai niat baik dalam menjaga stabilitas Kawasan dan simbol penguatan rasa persaudaraan antara kedua negara tersebut.

Namun, pada Maret 2021, Ashraf Ghani yang semasa itu masih menjadi Presiden Afghanistan meresmikan pembangunan Bendungan Kamal Khan yang akhirnya rampung setelah bertahun-tahun ditunda akibat konflik dalam negeri. Mantan Presiden Ashraf Ghani mengeluarkan pernyataan yang kontroversi dengan menyebut bahwa Afghanistan tidak akan memberikan air gratis lagi kepada Iran. Sambungnya, Teheran harus memberikan minyaknya ke Kabul sebagai imbalan dari pemberian air tersebut.

Pada Mei 2023, Presiden Iran, Ibrahim Raisi yang melakukan kunjungan ke provinsi provinsi Sistan-Baluchistan di Iran tenggara memperingatkan rezim Taliban untuk menaggapi masalah hak air Iran dengan lebih serius. Pernyataan Ibrahim Raisi tersebut muncul setelah tidak sepakatnya Taliban atas observasi tim teknis gabungan Iran untuk menilai situasi mengapa debit air Sungai Helmand sangat rendah dan tidak mencapai Iran.

Ulasan Teori Manajemen Konflik dalam Kasus Sungai Helmand

Dalam studi kasus ini, penulis menggunakan “theory of ripeness” atau teori kematangan yang dikemukakan oleh I. William Zartman untuk menghasilkan rekomendasi penyelesaian konflik. Teori ini menunjukkan bahwa konflik mencapai tahap “matang” ketika pihak-pihak yang bersengketa dan berkonflik mengalami kelelahan akibat tidak adanya jalan tengah sehingga pihak-pihak yang terlibat akan terus saling menyakiti, dan pada akhirnya menciptakan peluang untuk menghentikan konflik dengan bernegosiasi.

Konteks Iran dan Afghanistan dalam sengketa Sungai Helmand adalah sebagai berikut;

  1. Afghanistan harus mempertimbangkan Sungai Helmand (sumber daya alam air) merupakan isu regional yang akan berimplikasi kepada keamanan regional. Disamping itu, Iran harus menyesuaikan irigasi dan agrikulturnya sesuai dengan bagian airnya.
  2. Iran dan Afghanistan harus menjauhkan diri dari kegiatan politisasi Sungai Helmand yang pada akhirnya memberikan kebuntungan kepada kedua belah pihak dan memperumit situasi.
  3. Iran dan Afghanistan harus mengakui interdepedensi antara keduanya terhadap Sungai Helmand dan lebih melihat potensi kerja sama yang bisa dicapai. Serta melihat pentingnya konvergensi kepentingan di antara kedua negara.
  4. Iran dan Afghanistan harus melakukan komunikasi yang transparan, sehingga kepentingan-kepentingan yang selama ini tidak tersampaikan mampu diputuskan secara kolektif.

Penulis : Tata Auniy

 

Referensi

Zartman William, et al. 2009. The Sage Handbook of Conflict Resolution. California : SAGE Publication INC. ISBN 978-1-4129-2192-3

https://www.rferl.org/a/iran-president-warns-afghanistan-treaty-water-/32417519.html

https://thediplomat.com/2022/02/afghanistan-iran-disquiet-over-the-helmand-river/

https://www.ejiltalk.org/ashraf-ghanis-ambitions-to-divert-the-helmand-river-now-serve-his-enemy-the-taliban-an-international-law-perspective/